Klikfakta.id, HaLSEL — Warga di RT007 dan 08 RW 04  kompleks Akefai Desa Saketa Kecamatan Gane Barat, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, menggelar kegiatan tradisi dan budaya tolak bala atau Babaca aruahang kampung, pada Jumat 5 Juli 2024.

Kegiatan berlangsung sekira 04:00 WIT di Masyallah Al-Istiqamah Akefai dengan tujuan tersendiri yaitu untuk mendapat perlindungan Allah SWT dari bala atau bencana.

Pembacaan doa – doa tolak bala dipimpin oleh wakil imam masjid Al- Munawaroh Bufa M. Umar secara Islam. Para Ibu-ibu Akefai juga turut menyiapkan hidangan.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Imam Masjid Al-Munawwarah desa Saketa Karim Abdul Fatah dan jajaran, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda dan lainnya.

Selain itu kegiatan tersebut dihadiri oleh pemerintah Kecamatan dalam hal ini Camat Gane Barat Ikram M. Djen, Kapolsek Gane Barat IPTU Surahman diwakili oleh Bripka Saifuddin Duwila, dan Danramil 1509-03/Saketa Letnan Satu inf Bambang Swarjana atau diwakili Serda Ismail I. Alhaddad.

Sementara itu Kepala Desa Saketa (Kades) Indjul Kiat ketika diundang menghadiri kegiatan pembacaan tolak bala yang diinisiasi oleh masyarakat namun tidak hadir, tanpa ada keterangan yang jelas.

Usai kegiatan tersebut, Camat Gane Barat, Ikram M. Djen menyampaikan banyak terima kasih bahwa dirinya yang baru datang dari ibu kota kabupaten mendapat undangan membaca tolak bala.

“Saya berpikir mungkin ada sesuatu yang terjadi di Desa ini, kemungkinan kemarin banyak saudara-saudara  yang telah  mendahului , karena dipanggil oleh Allah SWT secara berturut-turut,” ucapnya.

Ia mengatakan secara logika manusia, artinya tidak bisa berpikir wajar bahwa hal seperti itu memang takdir Allah SWT karena semua yang hadir belum menjangkau sampai kesitu.

Namun, kata Ikram sebagai manusia yang beriman harus menyadari bahwa telah terjadi sesuatu yang bahkan sudah menjadi hal lumrah dan biasa terjadi dimana-mana.

“Suatu musibah apa saja yang terjadi disuatu negeri, tempat itu selalu ada masyarakat mempunyai kesadaran sendiri untuk berdoa meminta Allah SWT agar kejadian-kejadian seperti itu tidak terjadi lagi dikampung atau di daerah kita kedepan,” tuturnya.

Menurutnya, tradisi dan budaya tolak bala yang dilaksanakan masyarakat, yang  mempunyai ide dan punya inisiatif sangat bagus. Namun ketika melakukan sesuatu itu harus menyadari, mencari tau betul permasalahannya dan terus solusinya apa.

“Kemungkinan besar masalahnya itu dari sebelum saya bertugas disini atau masalah dari bulan Ramadhan kemarin terus begitu, nyambung-menyambung sampai hari ini,” imbuhnya.

Mungkin karena masalah itu sehingga masyarakat, tokoh agama, dan tokoh pemuda, serta para pemuka agama dengan cepat mengambil solusi untuk melakukan hajatan tolak bala, ini tentu sangat bagus.

“Namun ini merupakan bagian terkecil dari pada solusi, kalau saya sarankan ada bagian yang lebih penting, apakah mungkin, karena Allah SWT menegur kita bermacam-macam, ada musibah dan cobaan, yang artinya masyarakat sudah beriman, tapi Allah SWT masih uji lagi, apakah dia masih bertahan dengan keimanannya atau tidak,” timpalnya.

Kemudian, kata Ikram Allah SWT akan memberikan suatu kaum atau suatu negeri berbagai cobaan ketika mereka memang betul-betul sudah tidak beriman lagi.

“Tinggal kita menyadari, bahwa kita berada diposisi mana, karena Allah SWT mengatakan akan berikan dan mendatangkan rezeki berlimpah, ketika masyarakat atau suatu kaum itu benar-benar beriman, begitu juga sebaliknya ketika mereka kufur dan tidak beriman kepada ALLAH maka Allah akan datangkan Azab yang kita tidak ketahui,” ujarnya.

“Dan mungkin kita sadari bahwa ini merupakan peringatan dari Allah SWT, karena orang yang satu mendahului kita, tapi belum selesai hajatannya (Dina) satu lagi, memang ini adalah solusi yang sangat bagus, tapi ada hal ingin saya sarankan bahwa kehadiran kita di  dunia ini hanya satu mengabdikan diri kepada Allah SWT,” tukasnya.

Dilain pihak salah satu warga desa Saketa, Muhdar Hi. Musa mengatakan bahwa, kegiatan tersebut atas inisiasi warga Akefai dan pada akhirnya mendapat bantuan anggaran dari berbagai pihak.

“Kegiatan ini awalnya kami beberapa orang saling ajak untuk gelar tradisi tolak bala ini, akhirnya kami mendapat bantuan dari pihak-pihak tertentu. Kami juga mengajak Ibu-ibu segera menyiapkan jajanan ketupat, nasi kuning dan lauk pauknya,” pungkasnya.***

Editor    : Armand

Penulis : Saha Buamona

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *