Klikfakta.id, HALTENG — Ikram Malan Sangadji alias IMS disebut sebagai salah satu yang dikirim untuk calon Bupati Halmahera Tengah (Halteng) dan Calon Bupati Boneka.

Hal itu disampaikan mantan anggota DPRD Halteng Nuryadin Ahmad dari fraksi PDIP pada Jumat 20 September 2024 kemarin.

Pernyataan Nuryadin itu disampaikan yang bertepatan dengan pengukuhan tim pemenang Elang-Rahim di Weda Utara untuk kemenangan Bupati dan Wakil Bupati Halmahera Tengah.

Nuryadin mengatakan bahwa salah satu yang dikirim ke Halteng itu calon Bupati boneka sehingga tidak punya visi dan misi serta gagasan untuk membangun negeri ini dimasa depan.

Ibu rumah tangga (IRT) bernama Rina Yolanda Pata Pata Desa Lokulamo, Kecamatan Weda Tengah

“Oleh karena itu saya meminta kepada masyarakat Halmahera Tengah harus berhati-hati memilih pemimpin,” ujar Politisi PDIP dan pengurus provinsi Maluku Utara yang diteriaki warga betul-betul dan Elang-Rahim lanjutkan pembangunan.

Ia mengatakan pada 27 November 2024 nanti ketika warga masyarakat Halmahera Tengah salah memilih pemimpin maka jangan berharap suatu saat anak cucu negeri Fagogoru menjadi pemimpin.

“Karena saya menduga bahwa dia yang dikirim kesini, karena ada misi besar untuk bagaimana menguasai daerah ini,” katanya.

Nuryadin mencontohkan beberapa kebijakan terkait dengan kepentingan masyarakat Halmahera Tengah yang telah diabaikan, seperti SK Kawasan Geo Park sungai boki mararu untuk melindungi situs yang bersejarah ini.

“Itu cntoh kecil, SK yang dikeluarkan oleh Bupati sebelumnya Edi Langkara menjadikan Boki mararu sebagai kawasan Geo Park,” imbuhnya.

Akan tetapi setelah pergantian pemimpin atau masuknya Pj. Bupati Halteng Ikram Malan Sangadji, SK tersebut dicabut, itu karena untuk kepentingan oligarki yang inigin menguasai negeri ini.

“Satu tahun tujuh bulan dia menjabat, tetapi kepentingan mendasar untuk masyarakat Halmahera Tengah saja dia cabut,” tukasnya.

Kepentingan mendasar untuk daerah seperti pajak restoran yang telah diputuskan oleh KPK, bahwa PT. IWIP harus membayar hak daerah sebesar Rp. 60 miliar, tetapi dia yang dikirim dari pusat kesini hanya dapat Rp. 2 miliar.

“Dan itu karena sudah merenegosiasi dengan PT. IWIP, sebenarnya ini untuk kepentingan siapa? kepentingan para orang-orang yang ada dibelakang IMS,” tambahnya.

Karena beliau itu hanya calon Bupati boneka, jangan sampai dia jadi bupati tidak punya misi dalam membangun daerah ini 5 sampai 10 tahun kedepan.

“Dan yang ada hanya berkompromi untuk mengulas kekayaan daerah ini kemudian dibawa pulang,” pintanya.

Apalagi Ikram dengan orasi politiknya menyampaikan akan memberikan bantuan sampo, lipstik, pepsodent, dan sabun mandi, sebenarnya orasi seperti ini adalah bentuk penghinaan terhadap masyarakat Halteng.

“Sebenarnya dia telah menghina kita masyarakat Halmahera Tengah, dia anggap kita di Halteng ini mandi tidak pernah pakai sampo dan sebagainya kemudian mengatakan kita tidak pernah naik pesawat,” pungkasnya.

Nuryadin juga meminta masyarakat Halteng agar tidak salah piilih pemimpin, karena ada calon bupati Boneka, karena di menit-menit terakhir PDIP dengan hati yang tulus langsung memberikan rekomendasi PDIP ke pasangan Elang-Rahim.

Tetapi dia calon Bupati boneka juga mengutuskan orang-orangnya untuk melobi partai PDIP dengan tawaran 5, 7 sampai 8 miliar, begitupun dengan partai Nasdem, karena mereka mempunyai target melawan kotak kosong.

PDIP dan Nasdem telah berkomitmen pilkada 2024 harus anak negeri yang menjadi Bupati dan Wakil Bupati, dia juga berpikir masa depan negeri ini untuk 10,20 sampai 30 tahun kedepan.

“Maka kita harus menentukan pilihan kedepan siapa yang harus pimpin negeri ini, jangan melihat hari dapat apa? tapi harus melihat pemimpin yang mempunyai kepedulian terhadap kepentingan masyarakat,” paparnya.

Sebelumnya pikiran Calon Bupati Halteng IMS ada-ada aja, karena telah membuat pernyataan kontroversialnya tentang program sampo dan lipstik bagi ibu-ibu hamil di Halmahera Tengah.

Apakah ini sebuah inovasi kekinian atau kurangnya literasi program, yang jelas pernyataannya tersebut itu juga membuat dirinya blunder dan menjadi bahan candaan publik.

Pasalnya mantan Pj. Bupati Halteng ini menjadi bulan-bulanan khalayak ramai menyusul pernyataan tentang program sampo dan lipstik bagi ibu-ibu hamil di Halmahera Tengah.

“Saya tidak ingin lagi ada ibu-ibu hamil tidak pakai sampo. Ibu-ibu hamil yang tidak punya lipstik. Maka saya kasih Rp. 1 juta, tidak usah beli beras, tidak usah beli gula, akan tetapi beli lipstik, beli sampo, odol gigi untuk menikmati kesenangan,” ujar IMS dalam video deklarasinya yang beredar di medsos.

Pernyataan mantan Birokrasi dari Kementerian Marvest, yang kini mencalonkan diri sebagai Bupati Halmahera Tengah pada Pilkada 2024 ditanggapi sejumlah masyarakat negeri Fagogoru.

Salah satunya yaitu politisi Demokrat Halteng, Wahab Nurdin mengatakan tidak sepantasnya bakal kandidat Bupati menyampaikan, suatu program yang tidak memiliki korelasi dan relevansi sama sekali dengan Ibu dan janin didalam kandungnya.

“Apa hubungannya sampo dan lipstik dengan ibu hamil dan calon bayi yang dikandungnya. Kelihatan Ikram tidak ada konsep sebagai calon pemimpin. Jika seorang pemimpin tanpa konsep, maka mau dibawa kemana negeri ini,” ungkapnya pada Jumat 20 September 2024.

Seperti diketahui, pemaparan program sampo dan lipstik bagi ibu-ibu hamil disampaikan IMS didepan pendukung ketika acara deklarasi pencalonannya di Kota Weda usai mendaftarkan diri di KPUD. Video orasi Ikram viral di Medsos dan menjadi kontroversial.

Bahkan ada video yang viral seorang Ibu rumah tangga (IRT) bernama Rina Yolanda Pata Pata Desa Lokulamo, Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah menyampaikan kegelisahannya.

Rina mengatakan bahwa pemerintah Desa mengambil namanya pada saat dirinya sedang mengandung dengan menjanjikan akan mendapat insentif, akan tetapi janji tidak ditepati sampai melahirkan dan anaknya berusia karang lebih satu tahun.

“Sampai saya punya anak berusia hampir satu tahun ini mereka hanya janji dengan menyampaikan nanti abis bulan, nanti bulan muka, dan seterusnya ternyata bohong semua,” katanya. ***

Editor     : Armand

Penulis : Saha Buamona

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *