Klikfakta.id, TERNATE- Calon Gubernur Maluku Utara (Malut) nomor urut 1 Husain Alting Sjah bersilaturahmi sekaligus dengan kampanye politik di Kelurahan Dufa Dufa, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate.

Silaturahmi sekaligus kampanye yang dilakukan oleh ratusan warga dengan antusias menyambut kedatangan Husain Alting Sjah dengan berteriak saatnya Husaen pimpin Maluku Utara.

Cagub Husain dalam sambutannya menyatakan bahwa, masyarakat harus jeli dan tidak mudah termakan dengan isu-isu yang liar, atau dapat mencedrai kebersamaan diruang publik

Hal itu disampaikan Husain, lantaran banyak isu liar yang sengaja digiring ke opini menjadikan identitas sebagai alat untuk melakukan perpecahan dan perselisihan ditengah masyarakat.

Olehnya itu, Di hadapan warga Husain menegaskan, bahwa semua orang punya identitas, dimana hal tersebut menjadi bagian terpenting yang perlu ditanamkan di dalam diri

Sehingga, jika ada yang menyatakan bahwa identitas tidak penting, maka sesungguhnya orang orang-orang tersebut tidak menginginkan Maluku kie raha ini bertahan

Dan jika ada sebagian orang yang mungkin menganggap hal ini sepele, bagi dirinya ini satu hal yang luar biasa

Dan kalau berbicara identitas, bukan berarti dirinya ingin menjustifikasi bahwa saya ingin mengaungkan nama islam saja tapi semua orang punya identitas baik itu Kristen, Hindu, dan Budha, sehingga ini penting

“Jadi kalau ada yang mempertanyakan dan ingin berdebat soal identitas, maka sesungguhnya orang tersebut patut di pertanyakan, apakah dia orang ber agama atau tidak,” katanya.

Husain menjamin, semua akan berjalan aman dan damai, tidak ada yang namanya perpecahan, kalau ada yang membawa isu bahwa kehadiran saya seolah-olah memecah belah masyarakat, maka saya mau bilang itu hanya isu liar di luar yang mau menang dengan cara-cara yang tidak terhormat

Kemudian kalau ada yang mempertanyakan jika saya terpilih nanti apakah bisa di kritik atau tidak, karena posisi saya juga sebagai Sultan, maka saya ingin tegaskan bahwa Kesultanan ini lahir, jauh sebelum demokrasi ini ada

“Saya ingin bercerita, bahwa masyarakat waktu itu, ketika ingin menyampaikannya melalui lantunan lagu, puisi, dan syair-syair, sehingga orang yang di kritik pun merasa terharu dan terhibur karena warga menyampaikannya penuh dengan adab dan sopan santun,” ujarnya.

Artinya bahwa, seorang Sultan juga bisa di kritik, namun harus dibarengi dengan adab dan sopan santun, ” tukasnya. ***

Editor    : Armand

Penulis : Saha Buamona

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *