Klikfakta. Id, SOFIFI– Memperingati Hari Ulang Tahun(HUT) Kemerdekaan Indonesia ke-79, tahun 2024, Dinas Pendidikan Kebudayaan( Dikbud) Provinsi Maluku Utara, akan menggelar Festival Kie Raha.

Ivent festival kie raha yang masuk dalam kegiatan Dikbud Malut melalui bidang kebudayaan ini, mengangkat tema ” Rempah Kieraha” Jalan Kebudayaan.

Kegiatan dijadwalkan akan dimulai dari tanggal 14-16 Agustus 2024 berpusat di ibu kota Sofifi.

Pelaksana tugas( Plt) Dikbud Malut, Damruddin Rahman melalui Kepala Bidang Kebudayaan yang juga penanggung jawab kegiatan, Darwin A. Rahman menjelaskan, kegiatan festival kiera raha yang akan digelar tersebut bertujuan untuk memberikan penguatan pada narasi jalur rempah yang memiliki peran sebagai jalan menuju masa depan, terciptanya konektivitas budaya dan menghidupkan kembali ekosistem budaya yang berkelanjutan.

” Berdasarkan konsep pemikiran tersebut maka pentingnya penguatan sumber daya manusia tentang pemahaman konsep jalur rempah dimasa depan, ” ujar Darwin saat ditemui awak media di ruang kerjanya, Jumat 9 Agustus 2024 kemarin.

Darwin memaparkan, dalam festival kie raha ini terdapat enam kegiatan yang akan dilaksanakan diantaranya :

1. Seminar Jalur Rempah dengan tema Jalur Rempah Nusantara dan Maluku Utara

2. Workshop Tata Kelola Festival dengan tema Festival Jalur Rempah dari Masa ke Masa

3. Workshop Perlindungan Warisan Budaya dengan tema Jalur Rempah dan Warisan Budaya

4. Pertunjukan Seni dan Cipta Sastra Daerah dengan tema Rempahku dalam Balutan Kreativitas Anak Negeri

5. Pameran Warisan Budaya dengan tema Merawat Warisan Budaya, Merawat Anak Cucu

6. City Tour dengan tema Cagar Budaya dalam Genggaman Milineal.

Seminar Jalur Rempah

Seminar Jalur rempah dalam pemhaman, jalur rempah ini sebuah branding.

Pemahaman kebudayaan jalur rempah sebagai sebuah kebudayaan jalur rempah bukan hanya dalam arti sempit terdiri dari pala, cengkeh, lada dan kayu manis, itu pemahaman jalur rempah dalam arti sempit.

Tetapi kalau pemahaman jalur rempah dalam arti luas itu sebuah branding, ibaratnya seperti jaring pukat, seluruh ikan kecil besar di angkat.

Artinya bahwa lewat branding jalur rempah ini seluruh budaya baik dalam bentuk benda, dalam hal ini cagar budaya dalam bentuk obyek cagar budaya maupun dalam bentuk tak benda, dimana ada 10 obyek kemajuan kebudayaan mulai dari tradisi desa sampai pada permainan rakyat itu ada ada 10 obyek.

” Inilah yang perlu dikembangkan makanya lewat ini kita coba angkat, ” ucapnya.

Sementara narasumber yang akan dihadirkan dari pusat yakni dari Direktorat pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan, dari akademisi kampus yang ada di wilayah sofifi( Unibra), ada juga usulan dari Sekda yakni dari IZMI.

“Peserta yang hadir dalam seminar tersebut sekira 60 orang terdiri dari perwakilan berbagai unsur meliputi mahasiswa, guru- guru sejarah, maupun komunitas yang akan diramu sebagai peserta seminar, “sebutnya.

Workshop Tata Kelola Festival

Workshop tentang tata kelola festival ini dilaksanakan mengingat teman- teman dari komunitas yang terlibat didalam kegiatan- kegiatan festival dengan harapan ada penambahan ilmu dan pengetahuan kepada komunitas.

Sehingga ketika mereka membuat festival itu mereka sudah mendapat sedikit indormasi tentang bagaimana tata kelola.

” Maka dari itu kami mencoba untuk menghadirkan kegiatan ini di acara festival, “terangnya.

Workshop Perlindungan Warisan Budaya

Workshop tentang perlindungan kebudayaan yang digelar ini menurut Darwin dengan tujuan melestarikan kebudayaan.

Ada empat tahapan yang harus dilakukan, yakni perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan.

” Kita lakukan perlindungan karena perlindungan ini berarti warisan budaya yang perlu ditata, bagaimana para komunitas dilatih untuk bisa mengisi formulir dan teknik yang harus di ketahui, “tandasnya.

Darwin mencontohkan kue lapis tidore. Dari unsur identitas mulai dari nama lokal kemudian sebarannya dimana, hingga sejarah singkat lapis tidore siapa yang buat.

Paling tidak ada gambaran kemudian ada tahapan nilai- nilai pembuatan lapis tidore yang akan diambil seperti apa, kemudian setelah ditetapkan bagaimana,

” Jadi ini yang perlu kita berikan pemahaman pengetahuan kepada komunitas, agar bagaimana memberikan perlindungan terhadap warisan cagar budaya atau harta benda yang telah ditetapkan,” imbuhnya.

Pertunjukan Seni dan Cipta Sastra Daerah

Rangkaian kegiatan pentas seni ini melibatkan 30 komunitas terdiri dari 15 komunitas yang ada di Sofifi, kemudian 15 komunitas lainya yang tersebar di 4 Kabupaten/ kota, yakni Halteng, Tiket, Kota Ternate dan Halbar.

Setiap komunitas lanjut Darwin nantinya akan menampilkan tiga penampilan. Ada tari tradisional, kemudian ada tari kreasi, ada cipta sastra dalam bentuk bahasa daerah.

” Jadi nantinya anak- anak akan tampil membawakan puisi dengan bahasa daerah di wilayah Maluku utara, ” tuturnya.

Hasil dari karya- karya sastra ini nantinya akan dibukukan jadi satu dokumen sastra daerah.

Mengingat bidang kebudayaan itu lebih banyak menekankan unsur-unsur nilai budayanya.

Penampilan pada tari tradisonal itu nantinya akan ada tim yang akan memantau adakah tarian tradisional yang akan diusulkan jadi warisan harta benda indonesia.

” Untuk Maluku utara kurang lebih ada 58 warisan budaya yang sudah ditetapkan sebagai warisan budaya harta benda indonesia, yang mana tahun ini ada 6 seluruhnya dari Haltim, ” jelasnya.

Pihaknya berharap seluruh karya di Maluku Utara bisa sejajar dengan karya budaya lain di Indonesia.

Termasuk 58 karya budaya termasuk seni pertunjukan yang sudah di usulkan sebagai warisan harta benda.

” Untuk itu setiap penampilan menghadirikan tarian tradisional, artinya keaaslian tari itu belum dikreasikan. Sekarang kita minta dikreasikan, misalnya tarian soya – soya zaman dulu bagaimana aslinya. Sekarang sudah dikembangkan lagi ada soya – soya sisi dan lain sebagaianya. Dan itu sudah masuk kreasi, tapi ada soya- soya asli sudah ditetapkan sebagai warisan budaya harta benda, “tukasnya.

Pameran Warisan Budaya

Kegiatan pameran warisa budaya ini, dimana warisan budaya yang sudah ditetapkan aman dipamerkan.

Ini untuk diketahui oleh pengunjung dengan harapan agar bisa diketahui warisan budaya yang ada di Maluku Utara mulai dari Pulau Taliabu sampai Pulau Morotai.

Pameran warisan budaya ini lanjut Darwin, juga sebagai penguatan karakter yang mencerminkan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh nenek moyang melalui tradisi lisan manuskrip, adat istiadat, ritual – ritual, bahasa, seni pemajuan kebudayaan yang menjadi unsur utama dalam pemajuan kebudayaan.

Terdapat juga pengetahuan tradisional permainan rakyat dan kerajinan tradisional adalah objek kemajuan kebudayaan

” Kegiatan pameran ini juga sebagai sarana komunikasi kebudayaan yag menampilkan seluruh warisan budaya yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya Indonesia yang menjadi keragaman budaya daerah Maluku Utara, ” tukasnya.

City Tour

Kegiatan city tour ini akan dipusatkan di Kota Ternate. Ini mengingat obyek- obyek budaya dalam bentuk benda itu banyak di kota ternate.

Dimana kota ternate juga dikenal sebagai kota benteng, karena banyak.

” Untuk city tour ini nantinya akan ada kerja sama dengan Dinas Kebudayaan Kota Ternate. Nantinya teman-teman di kota ternate akan merekrut peserta perwakilan dari setiap sekolah 5 orang, kemudian dibawa ke obyek- obyek wisata, ” tandasnya.

Kegiatan festival kie raha sambung Darwin akan diawali dengan parade budaya yang nantinya melibatkan komunitas- komunitas, pemda, perwakilan dari sekolah- sekolah terdiri dari para guru, pramuka dan PMR serta unsur masyarakat.

” Dalam parade ini nantinya juga akan melibatkan 4 kesultanan. Kenapa sampai diambil judul kie raha? Karena wilayah 10 kabupaten dan kota adalah bagian dari wilayah 4 kerajaan, ” imbuhnya.

” Diharapkan melalui kegiatan ini melahirkan emberio yang melibatkan empat kesultanan, “pungkasnya.(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *