Oleh :  A. Akbar. M, Mahasiswa Pasca Sarjana Asal Desa Sumber Sari 

Setelah berulang-ulang kali menonton, yang paling fundamental dalam debat publik secara perdana pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Halmahera Tengah. Bagi generasi muda seperti saya adalah disebut dengan memeriksa, memahami, dan menganalisa (3M) Filosofi (Gagasan Besar) dari ketiga kandidat.

Kenapa penting? Karena menjadi seorang pemimpin variabel penting dari variabel-variabel lainnya ialah berpikir melampui zaman.

Artinya seorang pemimpin itu ia harus punya gagasan besar kedepan daerah Halamahera Tengah ini akan dijadikan seperti apa? Soal teknis-teknis lainnya bisa melibatkan teknorat untuk dirumuskan.

Kalau seorang pemimpin lebih lihai dalam menyampaikan teknis-teknis saja. Sudah tentu ia akan selalu menempatkan semua orang itu bodoh.

Soal debat publik perdana Pilkada Halmahera Tengah. Kita harus benar-benar tempatkan bahwa model debat tersebut adalah debat parlemen (formal). Alias debat para kandidat calon Bupati dan wakil Bupati Halmahera Tengah.

Nah karena ini adalah ruang bagi orang-orang yang ingin menjadi pemimpin. Maka yang kita butuhkan adalah filosofi dari pemimpin tentang Halmahera Tengah lima tahun kedepan.

Ini bukan debat kusir. “Yang memperdebatkan saat kuda kentut. Dan kita berdebat kuda itu keluar angin.

Yang lain bilang kuda itu masuk angin” Yang panda intinya tidak ada isi. Artinya apa, retorika yang dikeluarkan hanya seperti kentut kuda.

Menurut Direktur Eksekutif Indostrategic Ahma Umam dalam ajang debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Ada konteks filosofi di sana. maka kemudian yang ditekankan dalam proses itu bagaimana memahami adalah filsafat ilmunya.

Konteks debat pada zaman Socrates dalam teknik eclenchus, menyoal dan meminta jawab dan siap dibantah serta membantah.

Ia tak bermaksud mengalahkannya hingga takluk. Ia menggugah orang untuk berpikir, menilik hidup, terutama hidupnya, dan menjadi lebih bijaksana sedikit.

Poin penting yang bisa dipetik dari Socrates soal debat adalah “Berpikir”. Dengan demikian filosofi (gagasan atau pikiran besar) dari para kandidat tentang Halmahera Tengah lima tahun kedepan itulah yang publik butuhkan.

Bukan retorika kusir yang tak ada ujungnya. Seolah-olah paling unggul dan paling bisa segalanya.

Tentu dari penjelasan tersebut, publik bisa menilai siapa yang paling filosofis dan siapa yang paling kusir pada debat publik perdana?

Bagi penulis dengan tidak mengurangi rasa hormat pada kanidadat lain. Edi Langkara dan Abd. Rahim Odeyani paling unggul dalam tataran debat yang filosofis.

Ada gagasan/pikiran besar yang disampaikan tentang Halmahera Tengah lima tahun kedepan.

Pertama ketika Abd Rahim Odeyani menyampaikan pikiran besar mengenai “Kesetaraan Antara Laki-laki dan Perempuan”.

Pernyataan tersebut memiliki filosofis yang sangat kuat. Sebagai generasi muda kita bisa menangkap bahwa: Halmahera Tengah lima tahun kedepan, pembangunan yang akan dilanjutkan adalah pembangunan yang memberikan ruang bagi perempuan, menghargai gender equality

“proses perubahan kehidupan manusia tanpa adanya perbedaan, diskriminasi, dan kekerasan” Dan gender equality saat ini menjadi percakapan global (dunia). Bahkan dibahas pada forum G20 tentang Pemberdayaan Perempuan (G20 Ministerial Conference on Women’s Empowerment/MCWE).

Kedua penyampaian dari Calon Bupati Halmahera Tengah, Edi Langkara, Ia menegaskan bahwa kami akan melanjutkan pembangunan lima tahun kedepan yang berlandaskan pada nilai-nilai Fagogoru.

Karena Fagogoru adalah payung (manusia dengan lingkungan sekitar, aspek solidaritas sosial, manusia dengan sang halik). Lagi-lagi apa yang disampaikan ini memiliki telaah filosofis mendalam.

Ditengah ketegangan geopolitik dunia saat ini. Dunia dibagi menjadi kekuatan Unipolar dan Multipolar.

Banyak negara-negara mulai memikirkan ulang tentang pentingnya penguatan kembali nilai-nilai luhur dan local wisdowm. Karena dinilai bisa mampu bertahan ditengah ketegangan geopolitik dan ketidakpastian.

Dalam konteks tersebut Edi Langkara memahami betul. Sehingga Fagogoru menjadi fondasi bagi Halmahera Tengah lima tahun kedepan.

Apalagi kita tau secara bersama secara geografis Halteng berdekatan dengan Negara-negara Asia seperti Filipina, Papua New Guni, dll.

Gagasan besar yang disampaikan oleh Edi Langkar tentu telah menelaah lebih dalam situasi geopolitik global saat ini dan kedepan.

Apalagi kita semua tau Halmahera Tengah berdiri satu perusahaan nickel raksasa di Asia.

Ivestasinya dari Negara China yang menjadi pemain utama geopolitik global. Serta memimpin gabungan negara-negara Multipolar dan BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa). ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *