Perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi informatika, berbagai macam informasi positif yang dibutuhkan manusia akan semakin mudah diperoleh.
Namun, tidak sedikit pula pengaruh negatif yang timbul sehingga perilaku sosial dan budaya pada suatu masyarakat dapat berubah jika tidak disikapi secara baik maka hal ini akan menjadi ancaman bagi perkembangan peradaban suatu bangsa.
Peradaban menurut KBBI merupakan kecerdasan, kebudayaan lahir batin yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan.
Maju mundurnya suatu bangsa sangat ditentukan oleh peradabannya.
Hal ini bisa dipastikan bahwa peradaban itu tidaklah lahir dengan sendirinya.
Ia tidak terlepas dari manusia sebagai subjek individu pembentuk budaya luhur dari suatu kelompok yang tercermin dari kualitas dan kecerdasan kehidupan manusia dalam masyarakat.
Hal ini tentunya kampus menjadi lembaga pendidikan yang menjadi titik sasaran untuk membicarakan kemajuan peradaban suatu bangsa. Karena kampus adalah wadah untuk memproduksi Sumber Daya Manusia (SDM) lewat ilmu pengetahuan.
Sehingga Dosen, sebagai pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utamanya mengajar, mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Melalui dosen sebagai pendidik yang profesional tentunya tutur kata, tata bahasa yang disampaikan menjadi hal yang sangat penting bagi mahasiswa/i yang kemudian melakukan proses belajar mengajar dalam class room tentunya seorang dosen juga menjadi jarum penunjuk arah untuk mahasiswa dalam dunia akademik sebagaimana yang sudah dilalui dengan berbagai macam pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki.
Dosen dan mahasiswa sebagai kaum terpelajar yang terdidik dengan beragam ilmu pengetahuan yang telah digeluti selama proses dalam dunia akademik (Kampus) sehingga majunya sebuah peradaban bangsa dilihat dari sejauh mana para generasi muda mampu mendistribusikan ide gagasan dan juga kemampuan ilmiah yang dimiliki dalam mengelola sebuah kebenaran.
Suatu bangsa yang memiliki generasi dengan intelektual yang terdidik, tentunya dapat membimbing mereka untuk membangun peradaban kearah yang lebih baik, daripada bangsa yang tidak menaruh harapan pada dunia pendidikannya.
Cobalah kita menengok kebelakang dan menilik kembali peristiwa Jepang pada saat Kota Hiroshima dan Nagasaki di hancurkan.
Seorang Kaisar hanya bertanya “Berapa jumlah guru yang tersisa?” Kalimat ini berasal dari mulut Kaisar Hirohito sebagai respon pertama yang Ia keluarkan setelah mendengar berita bahwa luluh lantahnya Hiroshima dan Nagasaki.
Dua kota tersebut hancur karena bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) di penghujung perang dunia kedua dari kehancuran itulah menjadi alasan utama Kaisar Jepang menyelamatkan guru yang tersisa dalam peperangan.
Hirohito adalah Kaisar Jepang ke-142 yang dikenal dengan nama anumerta Kaisar Showa. Lahir di Puri Aoyama, Tokyo, 29 April 1901
Ia menjadi kaisar dengan masa kekuasaan terlama dalam sejarah Jepang sebab, kekuasaan yang di genggamnya sejak tahun 1926 hingga 1989.
Di bawah kepemimpinannya, Jepang terlibat dalam berbagai perang, seperti Insiden Manchuria (1931), Insiden Nanking (1937), perang dunia kedua, serta serangan ke pangkalan militer AS di Hawaii, Pearl Harbour.
Pada tahun 1945, saat Perang Dunia kedua berlangsung, AS dan sekutunya menjatuhkan bom atom berkekuatan dahsyat di kota Hiroshima dan Nagasaki.
Kerugian yang dialami Jepang begitu besar, tidak hanya secara materi, jumlah nyawa yang melayang akibat bom atom inipun terbilang sangat besar.
Imbasnya, Jepang mengalami kelumpuhan total, yang pada akhirnya membawa negara tersebut pada kekalahan telak dari sekutu.
Ketika mendengar berita pemboman tersebut, Kaisar Hirohito selaku pemimpin tertinggi Jepang pada saat itu langsung mengumpulkan para Jenderal yang tersisa.
Pertanyaan mengenai jumlah guru yang tersisa ini lantas membuat bingung para Jenderal. Sebab, semula mereka mengira sang Kaisar akan menanyakan perihal tentara, alih-alih guru yang masih tersisa.
Para Jenderal tersebut kemudian menegaskan kepada Kaisar Hirohito, bahwa mereka masih bisa menyelamatkan dan melindungi Kaisar.
Walaupun tanpa kehadiran para guru. Menanggapi perkataan ini, Kaisar Hirohito mengatakan bahwa Jepang telah jatuh.
Kejatuhan ini dikarenakan mereka tidak belajar. Jenderal dan tentara Jepang boleh kuat dalam senjata dan strategi perang, tetapi tidak memiliki pengetahuan mengenai bom yang telah dijatuhkan Amerika.
Kaisar Hirohito kemudian menambahkan bahwa Jepang tidak akan bisa mengejar Amerika jika tidak belajar.
Karenanya, ia kemudian mengimbau kepada para Jenderalnya untuk mengumpulkan seluruh guru yang tersisa di seluruh pelosok Jepang.
Sebab, kepada para gurulah seluruh rakyat Jepang kini harus bertumpu, bukan pada kekuatan pasukan.
Melalui peristiwa yang diceritakan di atas wajarlah jepang dijuluki sebagai Negara Matahari Terbit.
Negara yang maju karena mereka lebih mengutamakan pendidikan, dan lembaga pendidikan sebagai wadah yang mampu menampung kekuatan sumberdaya manusia dan memposisikan guru sebagai elemen yang paling terpenting di masa yang akan datang.
Dalam sebuah artikel yang ditulis @TIMES Indonesia menjelaskan bahwa dalam rangka menciptakan kesejahtraan, kemakmuran, dan perdamaian di tengah-tengah kehidupan penduduk dunia ini, maka Perserikatan Bangsa Bangsa (PPB) mencetuskan sebuah agenda pembangunan menuju tahun 2030, yaitu program yang disebut dengan Sistem Pembangunan Berkelanjutan Global (Sustainable Development Goals/SDGs).
Dalam agenda pembangunan yang di cetuskan pada tahun 2015 itu, ada 17 agenda pembangunan yang akan dilakukan secara berkelanjutan, bersifat global , dan Pendidikan atau Quality of Education menempati posisi nomor empat dari 17 bidang fokus pembangunan berkelanjutan gobal yang dialakukan oleh PPB, dengan bahasa lain, penduduk dunia menempatkan perhatian kepada pembangunan kualitas pendidikan setelah pengentasan kemiskinan, tanpa kelaparan, kesehatan dan kehidupan yang sejahtera, dan yang ke empat adalah pendidikan yang berkualitas.
Ketika generasi Kihajar Dewantara dan Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia lainnya memperjuangkan pendidikan Indonesia dengan tantangan zamanya, yaitu hambatan para bangsa kolonial belanda dan jepang.
Maka para guru hari ini memiliki tantangan baru dalam dunia pendidikan yaitu bagaimana mempersiapkan diri di era digitalisasi pendidikan agar bisa berjalan secara baik.
Benar apa yang di katakan oleh Nelson Mandela, Pendidikan adalah senjata ampuh yang bisa di pergunakan untuk mengubah dunia.
Yang menjadi harapan besar dari tulisan ini adalah bagaimana perguruan tinggi mampu memperdayakan fasilitas yang telah disediakan dan juga para dosen dan mahasiswa bisa bersinergi untuk kepentingan bersama dalam proses pengembangan sumberdaya manusia dalam lembaga perguruan tinggi swasta maupun negeri.
Melalui lembaga pendidikan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan manusia mampu mengenal siapa dirinya sebab, ketidaktahuan tidak akan menyelamatkan manusia dimanapun ia berada. ***